Post by SaponMan on Aug 8, 2014 14:51:28 GMT 7
Bendungan Sapon berada di Desa Sidorejo, Kecamatan Lendah. (JIBI/Harian Jogja/Arief Wahyudi)Bendungan Sapon berada di Desa Sidorejo, Kecamatan Lendah. (JIBI/Harian Jogja/Arief Wahyudi)
Rabu, 8 Januari 2014 15:05 WIB | Arief Wahyudi/JIBI/Harian Jogja
Kulonprogo memiliki kawasan pengembangan pariwisata sungai. Potensi tersebut berada di Bendungan Sapon. Sayang, kendati punya prospek menggiurkan kawasan tesebut hingga kini belum digarap dengan serius.
Bendungan Sapon berada di Desa Sidorejo, Kecamatan Lendah. Setahun lalu, tepatnya 29 Desember 2012, pemerintah setempat membuat gagasan sebuah desa wisata dengan memanfaatkan potensi Sapon sebagai latar belakang wahana wisata yang bakal dikembangkan.
Bendungan yang fungsi utamanya sebagai penyedia irigasi pertanian itu dianggap memiliki sisi eksotik apabila dikembangkan menjadi pariwisata sungai.
Di sekitar sungai sudah terdapat taman. Keberadaannya kerap menjadi sarana warga melewatkan sore hari ketika cuaca cerah sampai senja menjemput.
Melewatkan sore hari di Sapon memang terbilang cukup memberikan kenyamanan untuk sekadar mengusir rasa capek setelah melakukan rutinitas.
Sungai Progo cukup indah dipandang dari atas jembatan yang membentang. Mengarahkan pandangan ke sisi selatan, maka muara sungai yang membelah Kulonprogo dan Bantul itu kelihatan begitu luas. Sungai semakin melebar karena sudah sampai ke peraduan terakhir di Laut Selatan. Menerawang ke sebelah timur, terlihat aktivitas para pencari pasir di wilayah Bantul.
Sayang untuk mewujudkan konsep pariwisata sungai perlu anggaran yang tidak sedikit. Sementara konsep desa wisata jelas tidak mungkin bisa mengkaver untuk bisa totalitas mewujudkan konsep pariwisata sungai.
Desa wisata hanya bergantung pada kucuran dana Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang nominalnya hanya bernilai di bawah Rp100 juta. Masih jauh untuk mendanai gagasan pariwisata sungai yang perlu anggaran miliaran rupiah.
Sejauh ini konsep desa wisata belum bisa secara optimal mendatangkan animo besar dari masyarakat luas, tidak cuma warga lokal semata.
Baru-baru ini, pengelola desa wisata mendapatkan kucuran dana PNPM. Sejumlah sarana outbond pun coba dilengkapi pengelola, di antaranya flying fox, sarana petualangan anak dan sebagainya.
Pengelola berharap tambahan sarana tersebut bisa menarik keinginan masyarakat untuk berkunjung sekaligus ber-outbond di situ.
“Semoga saja ke depan bisa diminati pengunjung,” papar Catur Suharjo, salah satu pengelola desa wisata, akhir pekan lalu.
Masih banyak yang bisa digali dari Sapon selain konsep pariwisata sungainya. Selama ini Lendah terkenal dengan sentra kerajinan batik terbesar di Kulonprogo.
Potensi tersebut sekaligus akan bisa saling mendukung perjalanan desa wisata ke depan.
Ajrudin Akbar, salah satu anggota DPRD Kulonprogo belum lama ini turut mengungkapkan penilaian positifnya terhadap Sapon.
Menurut dia, pesona Sapon bisa memberikan kontribusi menghidupkan roda perekonomian warga setempat, namun dengan catatan apabila keberadaannya sudah tergarap serius
www.harianjogja.com/baca/2014/01/08/bendungan-sapon-pesona-wisata-sungai-kulonprogo-yang-belum-tergali-480456