|
Post by Trans7 on Aug 8, 2014 14:32:44 GMT 7
|
|
|
Post by Guest on Aug 8, 2014 14:39:32 GMT 7
Di tengah sungai, kerumunan orang berkumpul membawa ban. Tinggi air sungai saat itu mencapai pinggang, namun terkesan biasa saja bagi mereka. Arus sungai yang deras dan sinar mentari yang terik, tak dihiraukan. Sesekali terdengar senda gurau. Lalu mereka tiba-tiba merunduk, mengambil sesuatu dari dasar sungai, dan menaruhnya di atas ban. Mereka adalah sekelompok penambang pasir di Kali Progo, Dusun Bendo, Kelurahan Trimurti, Kecamatan Srandaan, Bantul. Pasir di Kali Progo merupakan material dari aliran lahar dingin Gunung Merapi. Kualitasnya bagus. Tak heran jika pasir hasil tambang Kali Progo terkenal hingga keluar DIY. Setiap harinya, dua orang penambang mampu menghasilkan 1 rit pasir, setara dengan 1 bak truk. Mereka dapat membawa pulang uang hingga ratusan ribu rupiah, tergantung jenis pasirnya. Untuk kualitas super dihargai Rp 180.000, sementara untuk kualitas biasa dihargai Rp 120.000. Menambang pasir bukanlah tanpa risiko. Hujan deras di sekitar Merapi bisa saja mengakibatkan banjir besar yang mengancam nyawa penambang. Pasir-pasir yang ditumpuk di pinggir sungai pun bisa hilang terseret arus. Jika sudah begini, mereka akan gigit jari karena hasil jerih payahnya hilang sia-sia. Menambang pun tak bisa dilakukan tiap hari. Mereka harus berenang ke tengah sungai lebih dulu untuk mengecek kedalaman pasir. Jika dirasa cukup, mereka akan lanjut menambang. Jika tidak, mereka akan bersabar hingga keesokan harinya. Jika tetap dipaksa menambang, akan lebih banyak batu kali yang didapatkan daripada pasir. Kali Progo sudah menjadi teman hidup para penambang. Tempat untuk mencari penghidupan, juga hiburan di tengah derasnya arus sungai ini. lpmhimmahuii.org/jejak-air-para-penambang-pasir-2/
|
|