Post by Gue on Jul 25, 2014 10:39:56 GMT 7
Keletakan:
Makam tokoh Kyai dan Nyai Jopati secara administratife terletak di Dusun Jopaten, Kalurahan Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi ini dapat dijangkau dari Yogyakarta dengan mengikuti Jalan Bantul-Perempatan Palbapang-Jl. Srandakan (Jl. Panembahan Senapati)-Jembatan Srandakan-ambil arah ke kiri menuju arah pantai atau Kalurahan Trimurti-pada sekitar 4 kilometer dari Jembatan Srandakan belok ke kiri-masuk ke Dusun Jopaten.
Data Fisik:
Seperti umumnya cikal bakal atau bebakal sebuah wilayah (dusun/desa) umumnya ditandai dengan bangunan berupa batu nisan. Demikian juga dengan makam Kyai dan Nyai Jopati di Dusun Jopaten juga ditandai dengan pendirian batu nisan di atasnya. Nisan Kyai dan Nyai Jopati bersama abdinya terbuat dari batu putih dengan ukuran panjang sekitar 160 Cm, lebar 45 Cm, dan tinggi 85 Cm.
Makam Kyai dan Nyai Jopati yang disertai juga oleh abdinya itu telah diberi pagar tembok setinggi sekitar 1 meteran dengan ukuran sekitar 3 m x 3 m. Pagar makam tersebut dibiarkan tanpa pintu seperti cungkup pada umumnya.
Latar Belakang:
Sejarah terjadinya Dusun Jopaten menurut sumber setempat berkait erat dengan keberadaan tokoh yang bernama Kyai dan Nyai Jopati. Diceritakan bahwa pada masa lampau (yang tidak pernah diketahui ketepatan angka tahunnya) di Dusun Jopaten yang waktu itu belum memiliki nama itu terjadi wabah penyakit yang banyak merenggut nyawa. Oleh karena banyaknya orang yang meningal akibat wabah itu, maka orang sering mengatakannya sebagai terjadi rajapati.
Beruntunglah pada masa itu ada seorang tokoh tua yang dihormati di dusun itu yang mendapatkan wangsit atau bisikan gaib. Orang tua ini mendapatkan hal demikian karena ia dikenal gemar berpuasa dan bersamadi. Bisikan itu menyatakan bahwa agar warga setempat bisa terhindar dari wabah dan kematian maka warga dianjurkan untuk mengadakan upacara merti dusun dan mementaskan wayang kulit dengan mengambil lakon dari cerita Bharatayuda. Setelah warga mengadakan upacara merti dusun, maka pageblug itu pun sirna.
Sejak itulah acara merti dusun dengan mementaskan wayang kulit dengan lakon Bharatayuda tidak pernah ditinggalkan oleh warga Dusun Jopaten. Hal ini dilakukan sebagai bentuk raya syukur mereka kepada Tuhan atas panenan yang berhasil, keselamatan, keamanan, dan kesehatan. Kecuali itu upacar merti dusun juga dilakukan untuk mengenang jasa Kyai dan Nyai Jopati sebagai tokoh yang dianggap telah menghindarkan dusun itu dari musibah. Kyai dan Nyai Jopati pulalah yang kemudian dianggap sebagai cikal bakal atau pendiri Dusun Jopaten. Hanya sayangnya, silsilah Kyai dan Nyai Jopati ini tidak pernah diketahui dengan jelas.
Selain upacara merti dusun yang dilakukan sekitar bulan Maret-April, di dusun ini juga selalu diadakan upacara ruwahan menjelang bulan puasa. Ruwahan adalah upacara tradisi yang intinya adalah mendoakan arwah yang telah meninggal dunia agar dosa-dosanya diampuni oleh Tuhan. Dalam upacar ruwahan umumnya warga membuat kenduri dengan kelengkapan nasi gurih, ingkung, ketan, kolak, apem. Sebelum upacar ruwahan dilakukan umumnya warga melakukan gotong royong membersihkan makam dan dusun. Demikian juga sebelum upacara merti dusun.
Sumber : Tembi